Yang tinggal atau pernah tinggal dan berkarya di Depok harus tau ini


Pejuang dari Depok
( Yg tinggal di depok hrs tau neh )

Mr. Margonda

Abang kita yang satu ini jelas sekali pintar. Tahun 1940-an, saat orang-orang masih jarang sekolah (namanya juga jaman perang siapa sih sempat sekolah), dia justru punya catatan akademik yang brilian.

Dia belajar analis kimia di Analysten Cursus Bogor, Indonesiche Chemische Vereniging (sekarang SMAKBO), juga mengikuti latihan penerbang cadangan di Luchtvaart Afdeeling milik Belanda. Keren kan?

Masih muda, sudah jago kimia, tambahkan penerbang pula?

Abang kita ini sudah macam agen rahasia Jason Bourne atau James Bond saja. Tapi jelas, abang kita ini bukan tokoh fiksi. Dia salah satu anak muda yang walaupun kalian tidak ingat lagi, pernah perang hidup mati melawan penjajah.

Namanya memang kalah sohor dengan pahlawan lain yang disebut di buku sejarah. Tetapi sumbangsihnya bagi kemerdekaan Indonesia tidak kalah besar.

Baik, sebelum cerita lebih lanjut, ijinkan saya loncat sebentar membahas tentang Depok.

Tahu Depok di selatannya Jakarta? Yang ada kampus UI noh? Dulu, Depok itu adalah kawasan otonom merdeka.

Di jaman penjajahan Belanda, Depok itu negara dalam negara.

Ada tuan tanah Belanda di sana namanya Cornelis Chastelein (1657-1714). Seluruh Depok punya dia. Tanah-tanah itu diurus oleh budak-budaknya.

Saat Chastelein meninggal, lewat kesepakatan dengan penguasa Belanda di Batavia, Depok menyatakan merdeka (wilayah otonom Belanda, punya Presiden sendiri), disebut Het Gemeente Bestuur Van Het Particuliere Land Depok.

Tahun 1945 saat proklamasi kemerdekaan Indonesia, Depok tidak mau bergabung ke Indonesia. Mereka juga tidak mau mengakui kemerdekaan Indonesia.

Wah, repot ini urusan, bagaimana bisa? Ada wilayah yang berbatasan dengan Jakarta justru tidak mau bergabung ke Indonesia. Duri dalam daging. Maka, rakyat Indonesia, pemuda-pemuda pejuang, gagah berani menyerbu Depok. Peristiwa itu dikenal dengan istilah “Gedoran Depok”, 11 Oktober 1945. Berhasil, Depok dikuasai oleh pejuang kemerdekaan Indonesia, bendara merah putih dikibarkan di sana.

Tetapi itu tidak berlangsung lama. Pasukan NICA (Belanda, yg membonceng pasukan Sekutu) datang menyerang Depok, dan berusaha menguasai kembali sepotong tanah tersebut. NICA menang, pejuang Indonesia dipukul mundur.

Spesial sekali memang Depok ini, sampai NICA harus memprioritaskannya, karena nampaknya Tuan Tanah Chastelein dulu memang punya koneksi tingkat tinggi di Kerajaan Belanda.

Pejuang kemerdekaan Indonesia tidak begitu saja menerima kekalahan itu. Mereka kembali mengkonsolidasi kekuatan, nah kita kembali ke cerita abang kita tadi. Abang yang satu ini adalah salah-satu pemimpin penyerbuan tersebut.

Mereka menyepakati, 16 November 1945, akan menyerang Depok, mengusir tentara NICA. Sandi perangnya adalah “Serangan Kilat”. Itu adalah perang hidup mati.

Pada 16 November 1945, bergeraklah ratusan pemuda menyerbu Depok. Perang meletus di seluruh Depok.

Harganya mahal sekali, banyak pemuda yang gugur, termasuk salah-satunya abang kita ini. Dia tewas di daerah Pancoran Mas, Depok.

Anak muda yang pintar analis kimia, sempat kursus penerbang, telah gugur menunaikan tugasnya.

Siapa nama anak muda itu? Seluruh orang Depok pasti tahu!

Karena mereka pasti pernah melewati jalan yang hingga hari ini diabadikan dari namanya. Dialah MARGONDA. Abang kita ini bernama Margonda.

Juga turut gugur dalam rangkaian peristiwa itu adalah letda Tole Iskandar dan Mochtar Sawangan.

Nama-nama itu juga diabadikan menjadi nama jalan di Depok.

Ketahuilah, negeri kita ini punya catatan sejarah yang kaya sekali. Saat anak muda benar-benar berperang HIDUP MATI melawan penjajah.

Kenanglah perjuangan mereka, bacalah sejarah tentang mereka.

Matrix Resurretions release!!!


The Matrix Resurrection, The choice is your’s

Apakah The Matrix rasa John Wick?

The Matrix Resurrections is the upcoming fourth Matrix film. It will be directed by Lana Wachowski, while Warner Bros. Pictures and Village Roadshow Pictures will produce and globally distribute the film.

Written by Lana Wachowski, Aleksandar Hemon, and David Mitchell, the film is set to be released on December 22, 2021. The title of the film was revealed on August 25, 2021.

The production process sped up in June 2019, and the film was officially announced in August of the same year. The film will be written by Aleksandar Hemon and David Mitchell, while Grant Hill will serve as co-producer alongside Wachowski. Reportedly, the film will enter production in early 2020, with rumors that filming will begin in Chicago, possibly on February 10th, under the working title Project Ice Cream.

Additionally, Geof Darrow has been brought back to work on conceptual drawings from late June 2019, plus a few storyboard sequences with Steve Skroce, who spent a couple of weeks working on the project. Darrow confirmed that the film is a sequel to the original films, not a reboot.

Selamat buat Indomie!!!


Indomie tempati peringkat 7 sebagai merek FMCG teratas paling banyak dipilih, demikian temuan sebuah studi
Indomie tempati peringkat 7 sebagai merek FMCG teratas paling banyak dipilih, demikian temuan sebuah studi

Selamat karena Indomie tetap menjadi pilihan pertama konsumen di Indonesia dan menempati urutan ke-7 dalam Global Brand Footprint 2021. Indomie menjadi pilihan utama rumah tangga sebagai makanan pokok dengan cita rasa berbumbu yang cocok dengan selera semua orang baik di Indonesia maupun luar negeri.

Merek Asia lainnya yang bergabung dengan Indomie dalam peringkat adalah Ajinomoto dari Jepang, yang turun tujuh peringkat ke urutan ke-39.

Indomie seleeeraaaku….

Kantar Indonesia baru-baru ini merilis Brand Footprint edisi 2021 yang mengukur seberapa luas merek-merek Fast-Moving Customer Goods (FMCG) dapat menjangkau konsumen. FMCG sendiri adalah produk sehari-hari dengan volume penjualan tinggi dan harga relatif rendah, seperti roti, minuman ringan, pasta, produk sanitasi, baterai, susu, dan beberapa produk makanan.

Berdasarkan data yang dirilis Kantar, Indomie menempati posisi pertama sebagai merek yang paling banyak dipilih di Indonesia dan peringkat ketujuh di tingkat global. Untuk 7 merek paling banyak dipilih secara global, Indomie menjadi satu-satunya produk mi instan yang masuk daftar. Itu artinya, Indomie bisa dibilang sebagai produk mie instan paling populer dan banyak di cari di dunia.

“Bulan lalu kami merilis peringkat global dan yang harus kita banggakan adalah Indomie, yang terpilih menjadi peringkat pertama Most Choices Brand di Indonesia, juga terpilih sebagai peringkat tujuh di ranking global,” ungkap General Manager Kantar Indonesia Wordpanel Division, Venu Madhav, Kamis (17/6), seperti dikutip Kontan.id.

Mengapa Banyak Project Data Science Gagal Dijalankan?


Organizations can gain more business value from advanced analytics by recognizing and overcoming five common obstacles.
Photo by ThisIsEngineering on Pexels.com

Semakin banyak perusahaan yang mencoba menganut data science sebagai bagian dari fungsi dan kemampuan perusahaannya. Namun banyak dari mereka yang belum mampu secara konsisten memperoleh nilai bisnis dari investasi mereka dalam big data, artifical intelligence, dan machine learning. Selain itu, bukti menunjukkan bahwa kesenjangan semakin melebar antara organisasi yang berhasil memperoleh nilai tambah dari data science dan mereka yang berjuang untuk melakukannya.

Dikutip dari halaman article dibawah ini hal itu sebabkan karena beberapa hal yang terjadi di perusahaan tersebut.

Why So Many Data Science Projects Fail to Deliver

Organizations can gain more business value from advanced analytics by recognizing and overcoming five common obstacles.

More and more companies are embracing data science as a function and a capability. But many of them have not been able to consistently derive business value from their investments in big data, artificial intelligence, and machine learning. Moreover, evidence suggests that the gap is widening between organizations successfully gaining value from data science and those struggling to do so.

To better understand the mistakes that companies make when implementing profitable data science projects, and discover how to avoid them, we conducted in-depth studies of the data science activities in three of India’s top 10 private-sector banks with well-established analytics departments. We identified five common mistakes, as exemplified by the following cases we encountered, and below we suggest corresponding solutions to address them.

Mistake 1: The Hammer in Search of a Nail
Hiren, a recently hired data scientist in one of the banks we studied, is the kind of analytics wizard that organizations covet.3 He is especially taken with the k-nearest neighbors algorithm, which is useful for identifying and classifying clusters of data. “I have applied k-nearest neighbors to several simulated data sets during my studies,” he told us, “and I can’t wait to apply it to the real data soon.”

Hiren did exactly that a few months later, when he used the k-nearest neighbors algorithm to identify especially profitable industry segments within the bank’s portfolio of business checking accounts. His recommendation to the business checking accounts team: Target two of the portfolio’s 33 industry segments.

This conclusion underwhelmed the business team members. They already knew about these segments and were able to ascertain segment profitability with simple back-of-the-envelope calculations. Using the k-nearest neighbors algorithm for this task was like using a guided missile when a pellet gun would have sufficed.

Selanjutnya anda bisa membacanya disini

Makin ngeri aja ini si Atlas


Parkour is the perfect sandbox for the Atlas team at Boston Dynamics to experiment with new behaviors. In this video our humanoid robots demonstrate their whole-body athletics, maintaining its balance through a variety of rapidly changing, high-energy activities. Through jumps, balance beams, and vaults, we demonstrate how we push Atlas to its limits to discover the next generation of mobility, perception, and athletic intelligence.

Seperti dikutip dari halaman blog Boston Dynamic,

“Atlas’s moves are driven by perception now, and they weren’t back then,” Kuindersma explains. “For example, the previous floor routine and dance videos were about capturing our ability to create a variety of dynamic moves and chain them together into a routine that we could run over and over again. In that case, the robot’s control system still has to make lots of critical adjustments on the fly to maintain balance and posture goals, but the robot was not sensing and reacting to its environment.”

In this iteration of parkour, the robot is adapting behaviors in its repertoire based on what it sees. This means the engineers don’t need to pre-program jumping motions for all possible platforms and gaps the robot might encounter. Instead, the team creates a smaller number of template behaviors that can be matched to the environment and executed online.

Lama-lama si atlas bisa ikutan Ninja Warrior nih

Original Article

Meet Ling, China First AI Virtual Influencer


Chinese virtual key opinion leader made her world online debut Monday, leading the latest Chinese internet trend among positive influencers and cultural inheritors and showcasing China’s soft power and culture.
Ling adalah salah satu influencer top Tiongkok, dan telah bekerja dengan merek seperti Tesla. Tetapi dia tak nyata. Ling/Weibo

Ling, dia adalah influencer media sosial dengan lebih dari 130.000 pengikut di Weibo, media sosial Tiongkok. Dia tak nyata, tetapi berhasil menjaring kesepakatan iklan dengan Tesla dan Nayuki, salah satu jaringan penyajian bubble tea terbesar di Tiongkok.

Ling dibuat Mei lalu oleh perusahaan rintisan kecerdasan buatan (AI) asal Tiongkok, Shanghai Xmov Information Technology dan Beijing Cishi Culture Media Company. Ia dibuat khusus untuk ditampilkan dalam iklan di platform media sosial apa pun, dari Instagram hingga TikTok.

11 inspiring graphic design trends for 2021


he great thing about graphic design trends is that each year arrives with the opportunity for a reset. And given the challenging shape of 2020, the design trends of 2021 may offer us the biggest breath of fresh air yet.

While past trends were driven by the promise of a new decade, borrowing from sci-fi and futuristic tech, 2021’s graphic design trends are putting people first. We sampled opinions from our global community of graphic designers, and their predictions—ranging from classic symbolism to nature elements to analogue painting—signal trends that are grounded in the here and now.

Graphic design is all about transforming the plain into something special. So let’s take a look at how the designers of 2021 are influencing the trajectory of this decade.

11 graphic design trends that will be huge in 2021:

  1. Abstract psychedelia
  2. Symbol revival
  3. Retro futurism
  4. Seamless surrealism
  5. Authentic representation
  6. Irreverent characters
  7. Comics and pop art
  8. Fine art infusion
  9. Elements of nature
  10. Blur and grain
  11. Socially conscious design

1. Abstract psychedelia

Psychedelia has its roots in the music and art scene of the 60s. It is associated with hallucinogens and creative experimentation under the backdrop of social upheaval: in short, the opening of one’s mind. In contrast from then to now, it seems to fit the times: the chaotic imagery of psychedelia fostering freedom, the sense that designers are no longer bound by traditional constraints.

Colorful and abstract psychedelic poster illustration

By BATHI

Psychedelic poster illustration for a music festival

By MANTSA®

In 2021, graphic designers will be reviving psychedelia through excessive color and intensely intricate abstractions that would make M.C. Escher himself dizzy. These are designs that take on a life of their own, both in their explosive arrangements and in their complexity—to the extent that no two viewings feel quite the same.

Psychedelic illustration for a beer can label

By Trickstore

Illustrated psychedelic logo design for a map company

By logistik land

Colorful and abstract psychedelic mural design
By Eliza Osmo

I was really excited when a Berlin based client asked me to make a giant psychedelic mural. I totally felt like Eliza in Wonderland wandering the streets at night, making art under the neon lights. – Eliza Osmo, Top Level designer at 99designs

Psychedelic abstract illustration for an album cover

By LazebraArt

Psychedelic aztec worm illustration for a mezcal label

By miremi_design

Psychedelic illustrated logo design of a hamsa hand

By Aldo 44

psychedelic logo design

By aleT

While distorted shapes and confused imagery might be the point, symmetry can make even the most complicated of these compositions feel stable. It’s as if this new psychedelia suggests there are ways to stay grounded even in the most nonsense of circumstances.

2. Symbol revival

In design, the little things matter. Colored bars on a waving banner can unify a nation, and a shape as simple as a red octagon can save lives at a busy intersection.

Historically, symbols like these have been about universality. Whether this comes in the form of conveying warnings or identifying a cause under shared iconography, the power of classic symbols lies in their ability to transcend language. Designers are leveraging this power in 2021 to create aspirational icons of resilience, growth and empowerment.

Sketch style barber shop logo showing an all-seeing-eye
By Yokaona
Logo design featuring goddess symbol

By svart ink

Modern illustrated crest showing a knight with a lion

By Eliza Osmo

They do so by creatively incorporating recognizable symbols of power, such as goddesses, the stars and stoic lions. We’re also seeing designers modernize classic visual motifs, such as Eliza Osmo’s medieval crest or svart ink’s stained glass framing. Through classic symbols, designers are shaping the talismans we’ll need to ward away despair in the coming year.

Soap packaging design with celestial symbols
By svart ink

I like to express myself through symbols. For Celestial Soaps the idea was to reflect the existence of the natural ingredients through symbols, as if the consumer is feeling the presence of a celestial object. – svart ink, Top Level designer at 99designs

Organic logo with hands around a lotus flower

By vraione

Apparel clothing brand logo with all-seeing-eye symbol

By safer”

Hand-drawn logo design showing praying hands around a snake and dove
By Thio™

3. Retro futurism

Retro futurism, the sci-fi dreams of a bygone era, is appealing for the spectacular ways in which the past got it wrong. By now, we were expected to have flying cars, ray guns and robot maids. Instead, we have Roombas.

But through the ages, retro futurism as a visual style has prevailed due to its bold imagination with a surprisingly optimistic outlook—at least more so than our current visions of doom in shows like Black Mirror. The retro futurists believed in human progress, to the extent that even scary green martians in flying saucers would be no match for our scientific ingenuity.

Blue retro futuristic poster design for computing brand

By kuziola

Colorful retro futuristic illustration

By XZEQUTEWORX™

For this artwork I had to think of a cool and strong woman wearing sunglasses with a reflection of a futuristic city. Then I remembered Tom Cruise! Why? Because of his sunglasses in “Top Gun”. When I found his leading lady Kelly McGillis with her retro look, her jacket and her curly hair I had found the inspiration for my artwork. – XZEQUTEWORX™, Top Level designer at 99designs

Retro futuristic atomic logo design for media brand

By thisisremedy

Retro futuristic skyline logo design for a technology brand

By gromovnik

Stylistically, this optimism finds its expression through an emphasis on bright colors, computer-inspired typography, and curves—from fishbowl space helmets to arches and domes. Rather than returning us to an idealized past, 2021’s retro futurism promises to transport us back to the good old days of the days yet to come.

Calendar with retro futuristic illustrations

By Larry Fulcher via Dribbble

Scifi book cover design with retro futuristic elements

By atombloom

Purple glowing web page design with retro futuristic illustrations
By Serhii Polyvanyi via Dribbble

4. Seamless surrealism

‘Surrealism’ is one of those artistic terms people tend to associate with the inscrutable—imagery that is nonsensical by design. But what people often forget is that it contains the word ‘realism.’ The real is intertwined with the surreal, and in no year was that more deeply felt than in 2020, when the pandemics of bad fiction became our way of life.

Surreal photo collage artwork
By _Ossobüko_
Surreal photo collage book cover

By BINATANG

Surreal photo collage pouch package design

By Recreo Studio

I like to take characters or objects out of context to give them new attributes that help convey what the client wants. – _Ossobüko_, Top Level designer at 99designs

Graphic designers are expressing this anxiety through surrealist collages, where images that would be normal separately become strange when combined. An apple-headed man can be ordinary from the neck down and a backyard swimming pool can contain an entire mountain range.

Surreal illustrated book cover design

By balsheentayo⁹⁹

Surreal photo collage wine label

By LucaToni

Surreal photo collage album cover

By Candy Wrappers

Surreal illustrated album cover

By _Ossobüko_

The illusion is seamless, making it difficult to separate one image from another. The effect is to greet the strange with nonchalance, to accept impossible combinations as one. As a high concept approach, we expect to see this trend more frequently on image-focused media such as posters, album art, and book covers.

Surreal illustrated book cover design

By Boja

Surreal black and white illustrated book cover design

By Boja

5. Authentic representation

The Black Lives Matter movement represents an unprecedented watershed moment of global protest. We remain hopeful that it is only the beginning of a reexamination of systemic prejudice and that its impact will continue to ripple through every industry in 2021, including graphic design.

Abstract photo and portrait collage for cosmetic brand

By Vuk N.

Illustration of a millennial girl

By Fe Melo

As a designer portraying diversity is the way we can do our part for a better and more inclusive future. By portraying diversity, we inspire & encourage people of all backgrounds on their journeys and that’s such a needed and positive change. – Fe Melo, Top Level designer at 99designs

Cartoon astronaut illustration for kid’s shirt
By Dudeowl

We have already seen designers make efforts to ditch models in favor of authentic and diverse people in illustration and stock photography. We imagine that this will go even further in 2021, beyond mere inclusivity to celebration. We saw designers of color uplifted in the immediacy of the BLM protests, and the result was portraiture of black men and women in powerful and inspiring settings and poses.

Illustrated label design for cashew butter
By Jdodo
Watercolor wine label design of a mother and baby

By Irudh

Wine label design with photo portrait

By Giocovision

2021 will be the year to show how different people are and how rich our planet is exactly for that. The trend is to use images of real people with their own characteristics, flaws and uniqueness. – IsaDesignNet, Top Level designer at 99designs

If there is one thing design should avoid, it is sameness. Highlighting various cultures, skin tones, ages and identities represents an exciting opportunity to make designs that, like authentic people, are truly one of a kind.

6. Irreverent characters

Good design can tell a story. Great design makes that story unforgettable. For 2021, many graphic designers are looking to ditch abstract visuals in favor of quirky characters. And the more personality these characters embody, the more memorable they become.

Beer label illustration of a sad jester
By jcontreras
Cartoon illustration of a ghost hiding in a Russian doll

By Dusan Klepic

Cartoon illustration of two sushi pieces wrestling

By PANG3STU

Concept illustration lies at the heart of this trend—providing not only character poses but personality in the form of a hand-drawn approach. It’s why these styles can range from detailed cross-hatching to the simplified shapes, lines, and colors of modern cartoons. The concepts themselves—suit-wearing animals and anthropomorphic sushi—signal the much-anticipated return of humor and weirdness in the months to come.

Blue beer can label of a goat riding a motorcycle
By Wintrygrey

The inspiration for this design was the old-school biker culture from the 70’s. The thing I like most about it is that the overall look reflects that the goat rides his bike like there’s no tomorrow. – Wintrygrey, Top Level designer at 99designs

Vodka label illustration of a goose in human clothing

By Wintrygrey

By Raluca De

7. Comics and pop art

Like an arch nemesis, the design styles of the past never truly die. And this year, graphic designers are resurrecting the grainy colors, the heavy inking and the action lines of vintage comics.

Halftone texture illustration for a book cover

By Jose Antonio Varela

Vintage comic book inspired packaging design

By Tomie O

Comic book inspired email design

By ScarlettaDesign

Halftone style pouch packaging design

By lliiaa

Vintage comic book inspired beer label design
By WolfBell

Born of an era of primitive printing technology, comics often used halftones, or simplified dot shading, to represent color. Nowadays, this approach can breathe new life into modern minimalist trends such as flat design through grainy texture and depth. Similarly, web designers can break the grid with slanting panels and skewed shapes to create the sense of drama and motion.

Halftone textured fruit illustrations for label design
By bayuRIP
Pop art inspired t-shirt design

By Pinch Studio

Superhero character illustration for nurses and doctors

By Dexterous”

In the global pandemic our medical professionals are considered our modern super heroes. I chose a comic style because when I was a kid I really liked comic books like Superman and Marvel. The comic book art style really inspired me during the design process. – Dexterous, Top Level designer at 99designs

Though spandex-clad superheroes are not essential to this trend, the designers of 2021 are turning to the texture and illustrative techniques of their graphic novels to rescue modern design. Except for comic sans. Nothing will rescue that.

8. Fine art infusion

There has always been a separation between fine art and design, but 2021 is less concerned with traditional borders. As a result, we are predicting painterly techniques such as acrylic brushstrokes and abstract expressionism will make their way onto shelves and screens across the world.

fine art packaging design trend: Realistic painting style wine label
By LucaToni
Realistic mixed paint style record cover

By _Ossobüko_

Realistic painting style wine label

By Windmill Designer™

Abstraction is one of my favorite painting directions and techniques, which allows us complete freedom of expression. Abstraction is not limited by law: colors, textures, shapes and spaces. – LucaToni, Top Level designer at 99designs

Abstract jazz style illustration for book cover

By IsaDesignNet

Realistic painting style book cover

By Deanne Designs

Painting infuses designs with surface variation and depth, making them look real enough to touch. For that reason, this trend pairs well with physical products. Specifically, since fine art is associated with culture and class, it is useful for products that wish to convey an old world elegance—like wine labels and cosmetic packaging.

abstract painting inspired beer can design

By Ostecx Creative via Behance

still life painting inspired cheese packaging

By The Clients Agency via Behance

Painting also results in darker tones than those created in computers, and this gives designs an air of solemnity. Though this might not sound cheery, designs like these naturally invite the viewer to take a moment and reflect.

9. Elements of nature

There’s no avoiding it: many people spent much of this year cooped up inside. That would go double for designers who might have experienced their work-from-home freelance lifestyle begin to resemble solitary confinement. It may be no surprise then that the outside world will be making its way inside 2021’s graphic designs.

Pink cosmetic packaging with illustrated flora

By Daria V.

Green carton design for soap company

By Archangelo

Pink skin care product packaging with green leaves

By JianBranding™

Website design with nature elements

By Z a n a

So many of us have felt cooped up in 2020 with COVID, and have a strong desire to spend time in green spaces. Even looking at photographs of these places can feel soothing if you are stuck in apartment. I think we’ll see a greater appreciation for these kinds of visuals coming through in 2021. – Megan Dell, Director of Design at 99designs

Animated scrolling illustrated website for digital agency

By Iconic Graphics

Abstract packaging design for chocolates with floral elements

By monostudio

Whether this trend manifests in the form of leafy patterns, earth-tone color schemes or illustrations of breathtaking vistas, graphic design is going green. The best part about this trend is we are seeing it reach beyond environmentally-oriented products.

The effect of nature imagery is to impart serenity, renewal and growth—all of which we’ll be breathlessly anticipating in 2021.

green poster design with leaves

By Shwin

Floral apparel illustrated kimono print

By vanessa ives

What particularly influenced me in this piece was a quote I read: “Nature is like a woman who enjoys disguising herself, and whose different disguises, revealing now one part of her and now another, permit those who study her and assiduously to hope that one day they may know the whole of her person.” – vanessa ives, Top Level designer at 99designs

Coffee pouch packaging design with illustrated nature scene

By gromovnik

Illustrated floral label design

By svart ink

10. Blur and grain

Gradients and color transitions have been a popular trend for a few years now. In 2021, many designers will be looking to veer off on a new tangent: into even more blurry and blended backgrounds. Add in a grain filter, and these designs manage to walk the line between feeling transitory and real-to-the-touch.

Web page design with color blur graphics
By iva

Blending unusual colours with intense blur and grainy textures is a mood. – Claire Taylor, Senior Product Designer at 99designs

The benefit of this trend is that it allows foreground elements such as bold typography or evocative imagery to pop against a near indiscernible background. It also thrives in gloomier contexts as opposed to the cheery gradients of yesteryear. There is an inherent grunge and grime to grainy textures, and a blurred image can evoke shadows and the unseen. This trend is a mood, and we expect to see it more and more as the tool of choice for designs with a dark side.

motivational poster design with grainy blur effect
By glimmm
Book cover design with color blur graphics

By glimmm

Web page design with blurry backgrounds

By GREAT.

11. Socially conscious design

As the dawn of a new decade, it seems fitting that 2020 was the year the world understood how much it needed to change. From healthcare to environmentalism to Black Lives Matter to pandemic preparedness, 2020 laid bare the many challenges to come. The good news is that this conflict might just be a turning point, provided everyone does their part.

Illustrated t-shirt design protesting police brutality

By wiwincahayani

COVID pandemic themed hand-lettering

By Letters Pray

With this in mind, designers from all over the world are stepping up to the plate to contribute their talents for the betterment of their community. We’ve seen this in the rise in creative hand-lettering that delivers messages of unity, responsibility and advice. It comes in the form of protest art. It comes in illustrations that personalize mask-wearing. Whether through charity work or personal design projects, 2021 is shaping up to be a pivotal year in which design gets involved.

In 2021 we’ll see more designs and imagery resonating with a movement, or social & environmental issues. I’ve seen more and more brands rallying around issues and connecting with their users on a deeper level. – Tristan Le Breton, Creative Director at 99designs

BLM illustrated t-shirt design

By Visual Martyr

COVID pandemic themed t-shirt illustration

By PANG3STU

COVID pandemic themed Rosie the Riveter t-shirt illustration

By VectorArtist

Great Wave off Kanagawa themed illustration on climate change

By Kai INK

Ready for the biggest 2021 graphic design trends?

As the start of a decade, this past year may have proved to be a disappointment. But the graphic designers of 2021 are determined to turn it around in their own way. Out of tragedy, they are giving us irreverent characters. Out of self-isolation, they are giving us nature. And out of confusion, they are giving us our symbols of speech. Each year of graphic design trends will always bring change, and it is the designers who will determine whether that is for better or worse.

Original Article

Perkembangan Radio dari Masa ke Masa


Radio merupakan salah satu dari media massa satu arah. Sifatnya memberikan pesan berupa audio yang menyebarkan informasi maupun juga hiburan kepada masyarakat. Radio sendiri salah satu teknologi yang menggunakan gelombang.

Awal Mula Radio

Radio pertama kali ditemukan oleh Heinrich Hertz yang meurpakan fisikawan asal Jerman pada tahun 1880an. Awalnya, radio diciptakan untuk keperluan militer yaitu untuk menyampaikan pesan dengan menggunakan kode morse dari kapal ke daratan atau sebaliknya. Radio juga digunakan untuk komunikasi antar kapal ke kapal lain untuk berkoordinasi.

Pada tahun 1901, berkat Guglielmo Marconi ini menjadi sebuah bukti terhadapa dunia kalau radio dapat mampu terpancar melintasi Samudera Atlantik. Lalu pada tahun 1907, ada penemuan baru dari Lee DeForest yang berhasil meningkatkan gelombang radio. Penemuannya itu membuat suara manusia, musik, dan sinyal siaran apapun terdengar dengan keras dan jelas. Sejak saat itu lah perkembangan radio di Amerika Serikat sangat berkembang dengan pesat.

Stasiun Radio Pertama

Detroit MI 8MK dikenal sebagai stasiun radio yang pertama kali disiarkan pada tanggal 20 Agustus 1920 di negara Amerika Serikat. Saat ini Detroit MI 8MK lebih dikenal sebagai WWJ 950 AM. Pada tahun 1923 sudah terhitung sebanyak 556 stasiun yang terhitung sejak maret. Baru pada tahun 1926 NBC (National Broadcasting System) scara resmi didirikan sebagai stasiun radio besar. Setelah itu persaingan pada stasiun radio mulai bermunculan salah satu pesaingnya adalah CBS (Columbia Broadcasting System).

Stasiun radio pertama di Amerika Serikat
sumber: Daily Detroit

Penemuan Sinyal FM

Seorang insinyur elektronika asal Amerika Serikat pada tahun 1933 menemukan terobosan baru pada gelombang radio. Penemuan itu dikenal dengan sistem Frequency Modulation (FM) yang ditemukan oleh Edwin Armstrong yang merupakan penyempurnaan dari Amplitudo Modulation (AM). Radio FM kemudian menjadi bentuk utama dari penyiaran music pada akhir abad ke 20.

Sinyal Digital

Setelah radio AM dan radio FM, munculah radio satelit. Radio jenis ini menggunakan transmisi gelombang radio dengan memakai sinyal digital. Sinyal digital yang digunakan terdiri dari kode biner 0 dan 1. Ciri khas siaran satelit adalah jangakaunnya yang sangat luas dengan menggunakan teknologi satelit. Jenis radio ini biasanya dapat kamu temukan pada radio yang ada di mobil pribadi kamu. Radio satelit memiliki kelemahan pada satelit pemancar. Maka dari itu ketika mobilmu memasuki terowongan, radio yang sedang kamu putar akan berhenti sejenak karena sinyalnya yang terhalang.

Radio kini dapat diakses dengan sangat mudah. Masyarakat pun dapat menerima informasi dengan cepat serta radio yang biayanya sangat murah. Tinggal buka aplikasi RCTI+ di dalamnya ada fitur Radio+ yang isinya puluhan radio nasional dan radio internasional

Original Article

Jangan mengaku anak Jakarta kalau tidak tau asal usul nama tempat-tempat ini


Jangan mengaku anak Jakarta kalau tidak tau asal usul nama tempat-tempat ini…

1. Glodok

glodok-tempo-dulu-ist

Asalnya dari kata grojok yang merupakan sebutan dari bunyi air yang jatuh pada pancuran air.

Di tempat itu dahulu kala ada semacam waduk penampungan air kali Ciliwung.

Orang Tionghoa dan keturunannya menyebut grojok dengan glodok karena orang Tionghoa sulit mengucap kata grojok seperti layaknya orang pribumi.

2. Kwitang

Dulu di wilayah tersebut sebagian tanah dikuasai dan dimiliki oleh tuan tanah yang sangat kaya raya sekali bernama Kwik Tang Kiam.

Orang Betawi jaman dulu menyebut daerah itu sebagai kampung si kwi tang dan akhirnya lama-lama tempat tersebut dinamai Kwitang.

3. Senayan

Dulu daerah Senayan adalah milik seorang yang bernama Wangsanayan yang berasal dari Bali.

Tanah tersebut disebut orang-orang dengan sebutan Wangsanayan yang berarti tanah tempat tinggal atau tanah milik Wangsanayan.

Lambat laun akhirnya orang menyingkat nama Wangsanayan menjadi Senayan.

4. Menteng

Daerah Menteng Jakarta Pusat pada jaman dahulu kala merupakan hutan yang banyak pohon buah-buahan.

Karena banyak pohon buah menteng orang menyebut wilayah tersebut dengan nama kampung menteng.

Setelah tanah itu dibeli oleh pemerintah Belanda pada tahun 1912 sebagai lokasi perumahan pegawai pemerintah Hindia Belanda, maka daerah itu disebut Menteng.

5. Jl. Jaksa

Jalan yang berada di daerah Jakarta Pusat ini menjadi pusatnya orang asing yang tinggal di Jakarta, tapi dahulu kala tempat ini banyak sekali kos-kosan yang ditempati oleh pelajar-pelajar Indonesia yang sekolah hukum Belanda.

6. Matraman

Dahulu kala merupakan home basenya Sultan Agung yang mau menyerang Batavia, karena Sultan Agung dari Mataram maka tempat tersebut dikenal dengan Mataraman dan lama-lama sebutan tersebut menjadi Matraman.

7. Karet Tengsin

Dahulu kala tempat ini adalah perkebunan karet milik etnis Tionghoa bernama Tieng Shin, karena orang pribumi susah menyebutnya jadi Tengsin saja.

8. Kuningan

Dulunya adalah tempat menetapnya seorang pangeran dari Cirebon bernama Pangeran Koeningan.

9. Buncit

Dahulu di jalan Buncit Raya ada seorang pedagang kelontong etnis Tionghoa berperut gendut (buncit) yang sangat terkenal.

10. Bangka

Dahulu disana banyak ditemukan mayat (bangke/ bangkai) orang yang dibuang ke kali Krukut.

11. Cilandak

Konon disana pernah ditemukan seekor landak raksasa.

12. Tegal Parang

Disana dulu banyak ditemukan alang-alang tinggi (tegalan) yang dipotong dengan parang (golok).

13. Blok A/M/S

Dulunya sekitar itu tempat pembukaan perumahan baru yang ditandai dengan blok, mulai A-S, sayang yang tersisa hanya 3 blok saja.

14. Pasar Rumput

Dulunya tempat berkumpulnya tukang rumput yang menjual untuk kalangan meneer Belanda yang tinggal dikampung Elit Menteng.

15. Kalimalang

Karena kali atau sungai yang mengalir di sepanjang jalan tersebut tidak mengarah ke laut (utara), melainkan kearah barat (silang atau malang).

16. Lebak Bulus

Dahulu kala disini jadi sentral penjual penyu atau kura-kura yang dijajakan di kolam-kolam, lebak artinya kolam, bulus artinya penyu atau kura-kura.

17. Boplo

Berlokasi di belakang stasiun Gondangdia, Menteng.

Dahulu kala tempat ini adalah tanah perusahaan kontraktor Belanda NV De Bouwploeg.

18. Kampung Ambon

Berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, nama Kampung Ambon sudah ada sejak tahun 1619.

Pada waktu itu JP Coen sebagai Gubernur Jendral VOC menghadapi persaingan dagang dengan Inggris.

Untuk memperkuat angkatan perang VOC, Coen pergi ke Ambon lalu merekrut masyarakat Ambon untuk dijadikan tentara.

Pasukan dari Ambon yang dibawa Coen itu kemudian diberikan pemukiman di daerah Rawamangun, Jakarta Timur.

Sejak itulah pemukiman tersebut dinamakan Kampung Ambon.

19. Sunda Kelapa

Sunda Kelapa merupakan sebutan sebuah pelabuhan di teluk Jakarta.

Nama kelapa diambil dari berita yang terdapat dalam tulisan perjalanan Tome Pires pada tahun 1513 yang berjudul Suma Oriental.

Dalam buku tersebut disebutkan bahwa nama pelabuhan itu adalah Kelapa.

Karena pada waktu itu wilayah ini berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda maka kemudian pelabuhan ini disebut Sunda Kelapa.

20. Pondok Gede

Sekitar tahun 1775 lokasi ini merupakan lahan pertanian dan peternakan yang disebut Onderneming.

Disana terdapat sebuah Landhuis atau rumah besar tempat tinggal sekaligus tempat mengurus usaha pertanian dan peternakan milik Johannes Hoojiman.

Karena merupakan satu-satunya bangunan besar yang ada dilokasi tersebut masyarakat pribumi menyebutnya Pondok Gede.

21. Pasar Senen

Pasar Senen pertama kali dibangun oleh Justinus Vinck.

Orang-orang Belanda menyebut pasar ini dengan sebutan Vinckpasser (pasar Vinck), tetapi karena hari pada awalnya Vinckpasser dibuka hanya pada hari Senin, maka pasar itu disebut juga Pasar Senen (disesuaikan dengan kebiasaan orang-orang yang lebih sering meyebut Senen ketimbang Senin).

Namun seiring kemajuan dan pasar Senen semakin Ramai, maka sejak tahun 1766 pasar ini pun buka pada hari-hari lain.

22. Kebayoran

Kebayoran berasal dari kata kebayuran yang artinya tempat penimbunan kayu bayur, kayu bayur yang sangat baik untuk dijadikan kayu bangunan karena kekuatannya serta tahan terhadap rayap.

23. Kebagusan

Nama Kebagusan, daerah yang menjadi tempat hunian mantan Presiden Megawati berasal dari nama seorang gadis jelita, Tubagus Letak Lenang.

Konon kecantikan gadis keturunan kesultanan Banten ini membuat banyak pemuda ingin meminangnya.

Agar tidak mengecewakan hati pemuda itu ia akhirnya memilih bunuh diri.

Sampai sekarang makam itu masih ada dan dikenal dengan nama ibu Bagus.

24. Ragunan

Berasal dari Wiraguna, yaitu gelaran yang disandang tuan tanah pertama kawasan tersebut bernama Hendrik Lucaasz Cardeel yang diperolehnya dari sultan Banten Abunasar Abdul Qahar, Putra Sultan Ageng Tirtayasa.

25. Paal Meriam

Asal usul nama daerah yang berada di perempatan Matraman dengan Jatinegara ini berasal dari suatu peristiwa sejarah yang terjadi sekitar tahun 1813.

Pada waktu itu pasukan altileri meriam Inggris yang akan menyerang Batavia mengambil daerah itu untuk meletakkan meriam yang sudah siap ditembakkan.

Peristiwa tersebut sangat mengesankan bagi masyarakat sekitar dan menyebut nama daerah ini Paal Meriam (tempat meriam dipersiapkan).

26. Cawang

Dahulu kala, ketika Belanda berkuasa ada seorang letnan melayu yang mengabdi pada kompeni bernama Ence Awang.

Letnan ini bersama anak buahnya bermukim dikawasan yang tak jauh dari Jatinegara.

Lama kelamaan sebutan Ence Awang berubah menjadi Cawang.

27. Condet (Batu Ampar & Bale Kambang)

Pada jaman dahulu ada sepasang suami istri namanya pangeran Geger dan Nyai Polong, mereka memiliki beberapa orang anak.

Salah satu anaknya perempuan diberi nama Siti Maemunah terkenal sangat cantik.

Pangeran Astawana, anak pangeran Tenggara atau Tonggara asal Makassar pun tertarik melamarnya.

Siti Maemunah meminta dibangunkan sebuah rumah dan tempat peristirahatan diatas empang, dekat kali Ciliwung yang harus selesai dalam satu malam.

Permintaan itu disanggupi dan menurut legenda esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale dipinggir kali Ciliwung.

Untuk menghubungkan rumah itu dengan kediaman keluarga pangeran Tenggara dibuatlah jalan yang diampari (dilapisi) batu.

Demikian menurut cerita, tempat yang dilalui jalan yang diampari batu disebut Batu Ampar dan bale (balai) peristirahatan yang seolah-olah mengambang di atas air itu disebut Balekambang.

28. Depok

Dahulu tempat ini sebagai depo kereta api (garasi)

29. Bintaro

Karena perumahan Bintaro dan sekitarnya memang bayak ditumbuhi pepohonan yang bernama bintaro dan buahnya sering dikonsumsi masyarakat setempat.

30. Taman Anggrek

Berawal dari keinginan ibu Tien untuk mengambil kebun anggrek milik juragan tanah sunda bernama H. Rasman, dia memiliki tanah berhektar-hektar di Cipete.

Bu Tien mengambil bunga-bunga anggrek tersebut dengan niat membeli (namun tidak dibayar) yang akhirnya dipindahkan ke daerah Jakarta Barat, sekarang jadi Mall Taman Anggrek.

31. Petamburan

Pada suatu waktu terjadi peristiwa yang melatar belakangi penamaan daerah ini.

Peristiwa itu meninggalnya seorang penabuh tambur daerah di daerah ini dan dimakamkan di bawah pohon jati, sehingga nama kampung ini sebenarnya Jati Petamburan.

32. Gondangdia

Ada beberapa versi asal penamaan Gondangdia.

Versi pertama, gondangdia berasal dari nama pengembang yang ditunjuk Belanda untuk membangun kawasan Menteng, Yaitu NV Gondangdia.

Versi kedua, berasal dari nama kakek yang terkenal dan disegani di kampung tersebut, kakek tersebut sering disebut Kyai Kondang.

Karena terkenal, nama kyai itu sering disebut-sebut dan dikaitkan dengan nama daerah tersebut.

Akhirnya nama tersebut dikenal Gondangdia (kakek dia yang tersohor).

33. Petojo

Berasal dari nama seorang pimpinan orang-orang Bugis, yang pada tahun 1663 diberi hak pakai kawasan tersebut, bernama Aru Petuju.

Oleh Betawi petuju diucapkan Petojo.

34. Krukut

Asal usul nama krukut mempunyai beberapa versi.

Versi pertama, krukut berasal dari Sindiran yang diberikan pada orang yang hidupnya sangat hemat atau pelit (krokot).

Orang Betawi menyebut orang-orang Arab yang banyak tinggal di kampung tersebut dengan krukut, merubah kata krokot menjadi krukut.

Versi kedua, berasal dari bahasa Belanda kerkhof yang berarti kuburan.

Pada masa lalu kampong tersebut memang merupakan tempat kuburan orang-orang Betawi.

35. Pinangsia

Nama jalan didekat pertokoan Glogok ini berasal dari bahasa Belanda financien yang artinya keuangan.

Ada juga yang mengatakan tempat ini dahulu ada department van financien alias Departemen Keuangan, oleh lidah orang Betawi, kata financien berubah menjadi pinangsia.

36. Kali Angke

Kata angke berasal dari bahasa Cina.

Ang = darah
ke = sungai.

Kata ini didasarkan pada peristiwa pembantaian orang-orang etnis Cina oleh Belanda di tahun 1740.

Mayat orang-orang Cina yang bergelimpangan dihanyutkan di kali yang ada di dekat peristiwa itu.

Sehingga kali yang penuh dengan mayat itu berganti nama dengan kali angke.

Sebelum peristiwa tersebut terjadi, kampung tersebut bernama kampung Bebek, hal ini dikarenakan orang Cina yang tinggal dikawasan tersebut banyak yang beternak bebek.

37. Pluit

Sekitar tahun 1660 di pantai sebelah timur muara kali angke diletakkan sebuat Fluitschip (kapal panjang ramping) bernama Het Witte Paert yang tidak layak melaut.

Kapal ini digunakan menjadi kubu pertahanan untuk membantu benteng Vijhoek yang terletak dipinggir kali Grogol, sebelah timur kali angke, dalam menanggulangi serangan-serangan sporadic yang dilakukan oleh pasukan bersenjata kesultanan Banten.

Kubu tersebut dikenal dengan sebutan De Fluit.

38. Marunda

Marunda berasal dari kata merendah.

Menurut cerita turun temurun, sifat penduduk asli disini memang baik hati, menjauhi sifat sombong yang dilarang agama.

39. Tanjung Priok

Nama Tanjung Priok diambil dari nama seorang penyebar agama Islam dari Palembang dengan sebutan Mbah Periuk yang membawa Periuk Nasi sisa perjalanan dari Palembang.

Dunia Digital vs Dunia Nyata


Dunia Digital vs Dunia Nyata – Jawa PosDalam banyak kesempatan, saya mendengar kuatnya anggapan bahwa dunia maya (digital), berbeda dengan dunia nyata. Dunia digital dianggap sebagai “alam halus”, yang belum, atau bahkan sulit disentuh. Kalaupun dipakai, hanya sebatas sebagai alat pendukung saja.  Sementara, dunia nyata adalah dunia kita sehari-hari.

Bahkan ada yang beranggapan itu adalah dunianya para millenials, anak-anak mereka. Juga tak dapat dihindari yang berpikir, bisnisnya (core-nya) sama sekali tak perlu bersentuhan dengan dunia digital.

Misalnya saja ada yang mengatakan, “kami ini bisnisnya semen, bukan retail.”  Dan kalau diteruskan lagi “kami”nya bisa panjang: kami jual mobil, bukan hiburan, kami pupuk bukan hotel, kami tekstil bukan oleh-oleh…dan seterusnya. Seakan-akan dunia maya itu hanya berlaku bagi retail, hiburan dan sejenisnya.

Mungkin anggapan semacam ini menguat lantaran sering melihat anak-anak bermain game.  Jadi, dunia digital hanya ada dalam game, bukan kehidupan nyata.

Anggapan seperti itu, kalau dibiarkan tentu bakal menyesatkan dan menyulitkan banyak perusahaan yang sudah bagus. Ini akan membuat kita   “gagal paham”.  Ya, gagal memahami perubahan-perubahan besar yang tengah bergulir di sekitar kita.

Kini sejak manusia melewati tahapan connectivity melalui internet, digital dan dunia nyata menyatu dalam kehidupan kita sehari-hari. Ini buktinya.

Masih ingat dengan seorang perwira TNI yang memecahkan kaca bus di jalan tol Cikunir, Mei 2017 lalu? Kasus yang ada di dunia nyata itu mungkin tak akan terungkap kalau tidak ada sebuah akun Facebook yang meng-upload kejadian tersebut.

Menurut akun itu, sang perwira tadi mengendarai mobil di ruas jalan tol yang macet. Mungkin jengkel dengan kemacetan, dan perwira itu merasa jalannya terhalang oleh bus, ia dengan tongkatnya memukul pecah kaca samping bus.

Semula perwira tadi mengaku mobilnya diserempet bus. Namun, tak ada bukti soal serempetan itu. Akun itu menulis, “Ngaku spionnya kesenggol sampai lecet, tetapi di rekaman tidak ada lecet sama sekali. Diminta pertanggungjawaban malah kabur.” Unggahan tersebut kemudian ramai dibicarakan netizen.

Puspen TNI merespon terlebih dahulu. Melalui akun instagram, Puspen TNI meminta maaf kepada PO bus tersebut. Lalu, menyusul sang perwira juga mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Ia siap bertanggung jawab untuk mengganti kerugian bus.

Ini bukti betapa dunia digital kita sudah menyatu dengan dunia nyata.

Mau bukti lainnya?

Masih ingat kasus seorang pegawai perempuan yang bekerja di Mahkamah Agung (MA) yang marah-marah dan mencakar Aiptu Sutisna saat petugas polisi itu hendak menilangnya?  Sutisna tidak melawan, ia hanya menghindar. Ini peristiwa yang terjadi di dunia nyata.

Adegan amukan pegawai MA itu kemudian muncul di dunia maya. Seorang netizen merekamnya dan meng-upload videonya ke akun Facebook. Peristiwa itu pun menjadi viral.

Berkat sikapnya yang tidak melawan, Aiptu Sutisna mendapatkan apresiasi bukan hanya dari masyarakat, tetapi juga dari Kepolisian RI. Sementara, sang pegawai MA tadi dimutasi dari jabatannya di Eselon IV menjadi staf di PTUN Pekanbaru.

Pengalaman Sandvik

Saya tadi menyinggung soal betapa repotnya kalau gagal paham menyatunya dunia maya dengan dunia nyata sampai berlarut-larut. Sebab di belahan dunia sana, masyarakatnya—terutama kalangan korporasi—sudah menikmati hasil dari penyatuan dua dunia tersebut.

Salah satu contohnya Sandvik Coromant (SC), perusahaan asal Swedia yang menjadi produsen utama cemented carbide dunia. Cemented carbide adalah material yang biasa dipakai pada mesin pemotong material logam non baja dan banyak dipakai oleh industri manufaktur. Bisnis SC sempat terpuruk lantaran hadirnya produk China yang lebih murah.

Lalu, apa yang dilakukan SC?

SC lalu melengkapi mesin pemotongnya dengan sensor. Sensor itu berfungsi memantau kinerja cemented carbide. Kapan alat itu terlalu stres, sudah aus dan tiba waktunya untuk diganti. Data dari sensor tersebut kemudian dikirim ke server, dan oleh server didistribusikan ke pihak-pihak yang mesti tahu soal ini. Di antaranya, general manager, manajer atau supervisor di pabrik.

Bagi banyak pabrik, informasi semacam ini sangat penting. Jangan sampai pabrik berhenti beroperasi gara-gara mesin pemotong non logamnya rusak. Biayanya untuk shutdown dan menghidupkan kembali bisa sangat mahal.

Informasi semacam inilah yang kemudian menjadi nilai lebih bagi SC ketimbang produk sejenis dari China. Pelanggan pun beralih dari produk buatan China ke buatan SC.

Itu contoh kasus di dunia korporasi yang memakai teknologi untuk menggabungkan dunia digital (informasi dari sensor) dengan dunia nyata (pekerjaan di pabrik). Kasus lainnya masih banyak.

Misalnya, ada Rolls Royce yang memasang sensor di mesin pesawat terbang. Ketika pesawat masih berada di udara, kondisi mesin sudah terpantau. Saat mendarat, kalau ada komponen mesin yang perlu diganti, itu bisa langsung dilakukan tanpa pesawat perlu masuk hanggar. Jadi pesawat bisa langsung terbang lagi. Ini tentu meningkatkan kinerja operasional pesawat.

Dunia 4.0

Dalam lingkungan masyarakat, para petugas layanan publik bisa memantau sejumlah kejadian dengan adanya CCTV. Ingat dengan pebalap MotoGP Nicky Hayden yang meninggal dunia akibat tertabrak mobil? Melalui CCTV, pihak kepolisian mendapati bahwa Nicky Hayden lalai.

Ia bersepeda sambil mendengarkan musik melalui iPod. Akibatnya ia tak mendengar suara-suara yang ada di sekitarnya, termasuk mobil-mobil yang lalu lalang di perempatan jalan. Salah satu mobil itulah kemudian kemudian menabrak Hayden.

Belajar dari kejadian itu, kita mungkin bisa memprakarsai gerakan no gadget saat melakukan aktivitas di area-area publik. Kini kita sudah memasuki dunia versi 4.0. Dunia maya atau digital dan dunia nyata sudah menyatu. Namun, banyak musibah terjadi akibat masyarakat kita masih merasa seolah-olah berada di dua dunia yang berbeda.

Misalnya, terus saja memakai smartphone saat menyetir mobil atau mengendarai sepeda motor—sesuatu yang banyak kita jumpai di masyarakat kita. Juga, terus memakai smarphone saat tengah berjalan di trotoar atau area publik lainnya. Ini fenomena yang ada di mana-mana. Mereka berjalan seenaknya sambil matanya tak henti menatap layar smartphone dan tangannya terus mengetik.

Padahal, sudah banyak video yang menayangkan orang-orang yang kesandung, terperosok lubang karena terlalu asyik dengansmartphone-nya. Atau, menabrak orang lain yang melintas di hadapannya, menabrak tiang atau pintu, bahkan ketabrak sepeda, sepeda motor hingga mobil akibat menyebrang jalan secara sembarangan.

Di Jerman, seorang petugas pengatur sinyal dituding bertanggung jawab atas kecelakaan kereta yang menyebabkan 150 orang luka-luka dan menewaskan 11 orang. Menurut jaksa, sesaat sebelum kecelakaan terjadi, petugas tadi asyik bermain game online via ponselnya. Akibatnya ia menekan tombol yang salah. Informasi yang salah itulah yang diterima oleh dua masinis dari dua kereta berbeda. Dan, kecelakaan pun tak terelakkan.

Di dunia 4.0, era di mana semua serba terkoneksi, kita tak mau ada masyarakat yang gagal paham bahwa dunia digital sudah menyatu dengan dunia nyata. Sebab risikonya bisa sangat fatal.

Rhenald Kasali

Founder Rumah Perubahan

Disadur dari artikel Prof. Rhenald Kasali 

Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Metakognisi Susi Pudjiastuti by Rheinald Kasali


Rhenald Kasali
@Rhenald_Kasali

Saya kebetulan mentor bagi dua orang ini: Dian Sastro dan Mooryati Soedibyo. Akan tetapi, pada Susi Pudjiastuti yang kini menjadi menteri, saya justru belajar.

Ketiganya perempuan hebat, tetapi selalu diuji oleh sebagian kecil orang yang mengaku pandai. Entah ini stereotyping, atau soal buruknya metakognisi bangsa. Saya kurang tahu persis.

Mooryati Soedibyo

Sewaktu diterima di program doktoral UI yang pernah saya pimpin, usianya saat itu sudah 75 tahun. Namun, berbeda dengan mahasiswa lain yang datang pakai jins, dia selalu berkebaya. Anda tentu tahu berapa lama waktu yang diperlukan untuk berkebaya, bukan?

Mooryati Soedibyo, pengusaha jamu dan kosmetika tradisional (KOMPAS/AGUS SUSANTO)

Akan tetapi, ia memiliki hal yang tak dimiliki orang lain: self discipline. Sampai hari ini, dia adalah satu-satunya mahasiswa saya yang tak pernah absen barang sehari pun. Padahal, saat itu ia salah satu pimpinan MPR.

Memang ia tampak sedikit kewalahan “bersaing” dengan rekan kuliahnya yang jauh lebih muda. Akan tetapi, rekan-rekan kuliahnya mengakui,  kemajuannya cepat. Dari bahasa jamu ke bahasa strategic management dan science yang banyak aturannya.

Teman-teman belajarnya bersaksi: “Pukul 08.00 malam, kami yang memimpin diskusi. Tetapi pukul 24.00, yang muda mulai ngantuk, Ibu Moor yang memimpin. Dia selalu mengingatkan tugas harus selesai, dan tak boleh asal jadi.”

Masalahnya, ia pemilik perusahaan besar, dan usianya sudah lanjut. Ada stereotyping dalam kepala sebagian orang. Sosok seperti ini jarang ada yang mau kuliah sungguhan untuk meraih ilmu. Nyatanya, kalangan berduit lebih senang meraih gelar doktor HC (honoris causa) yang jalurnya cukup ringan.

Akan tetapi, Mooryati tak memilih jalur itu. Ia ingin melatih kesehatan otaknya, mengambil risiko dan lulus 4 tahun kemudian. Hasil penelitiannya menarik perhatian Richard D’aveni (Tuck School-USA), satu dari 50 guru strategi teratas dunia. Belakangan, ia juga sering diminta memaparkan kajian risetnya di Amerika Serikat, Belanda, dan Jerman.

Meski diuji di bawah guru besar terkemuka Prof Dorodjatun Kuntjoro Jakti, kadang saya masih mendengar ucapan-ucapan miring dari orang-orang yang biasa menggunakan kacamata buram dan lidahnya pahit. Ada saja orang yang mengatakan ia “diluluskan” dengan bantuan, “sekolahnya hanya dua tahun”, dan seterusnya. Anehnya, kabar itu justru beredar di kalangan perempuan yang tak mau tahu keteladanan yang ia tunjukkan. Kadang ada juga yang merasa lebih tahu dari apa yang sebenarnya terjadi.

Akan tetapi, ada satu hal yang sulit mereka sangkal. Perempuan yang meraih doktor pada usia 79 tahun ini berhasil mewujudkan usahanya menjadi besar tanpa fasilitas. Perusahaannya juga go public. Padahal, yang menjadi dosennya saja belum tentu bisa melakukan hal itu, bahkan membuat publikasi ilmiah internasional saja tidak. Namun, Bu Moor juga berhasil mengangkat reputasi jamu di pentas dunia.

Dian Sastro

Dia juga mahasiswi saya yang keren. Sewaktu diterima di program S-2 UI, banyak juga yang bertanya: apa benar artis mau bersusah payah belajar lagi di UI?

Anak-anak saya di UI tahu persis bahwa saya memang cenderung bersahabat, tetapi mereka juga tahu sikap saya: “no bargain on process and quality“.

Model dan artis peran Dian Sastrowardoyo (KOMPAS IMAGES/BANAR FIL ARDHI)

Dian, sudah artis, dan sedang hamil pula saat mulai kuliah. Urusannya banyak: keluarga, film, dan seabrek tugas. Namun lagi-lagi, satu hal ini jarang dimiliki yang lain: self discipline. Ia tak pernah abai menjalankan tugas.

Sebulan yang lalu, setelah lulus dengan cum laude dari MM UI, ia berbagi pengalaman hidupnya di program S-1 pada kelas yang saya asuh.

“Saat ayah saya meninggal dunia, ibu saya berujar: kamu bukan anak orang kaya. Ibu tak bisa menyekolahkan kalau kamu tidak outstanding,” ujarnya.

Ia pun melakukan riset terhadap putri-putri terkenal. Di situ ia melihat nama-nama besar yang tak lahir dari kemudahan. “Saya tidak cantik, dan tak punya apa-apa,” ujarnya.

Dengan uang sumbangan dari para pelayat ayahnya, ia belajar di sebuah sekolah kepribadian. Setiap pagi, ia juga melatih disiplin, jogging berkilo-kilometer dari Jatinegara hingga ke Cawang, ikut seni bela diri. “Mungkin kalian tak percaya karena tak pernah menjalaninya,” ujarnya.

Itulah mental kejuangan, yang kini disebut ekonom James Heckman sebagai kemampuan nonkognisi. Dian lulus cum laude dari S-2 UI, dari ilmu keuangan pula, yang sarat matematikanya. Padahal, bidang studi S-1 Dian amat berjauhan: filsafat.

Metakognisi Susi

Sekarang kita bahas menteri kelautan dan perikanan yang ramai diolok-olok karena “sekolahnya”. Beruntung, banyak juga yang membelanya.

Khusus terhadap Susi, saya bukanlah mentornya. Ia terlalu hebat. Ia justru sering saya undang memberi kuliah. Dia adalah “self driver” sejati, yang bukan putus sekolah, melainkan berhenti secara sadar. Sampai di sini, saya ingin mengajak Anda merenung, adakah di antara kita yang punya kesadaran dan keberanian sekuat itu?

Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (SABRINA ASRIL/KOMPAS.com)

Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan orangtua yang membiarkan anaknya menjadi “passenger“, ayah Susi justru marah besar. Pada usia muda, di pesisir selatan yang terik, Susi  memaksa hidup mandiri. Ditemani sopir, ia menyewa truk dari Pangandaran, membawa ikan dan udang, dilelang di Jakarta. Hal itu dijalaninya selama bertahun-tahun, seorang diri.

Saat saya mengirim mahasiswa pergi “melihat pasar” ke luar negeri yang terdiri dari tiga orang untuk satu negara, Susi membujuk saya agar cukup satu orang satu negara. Saya menurutinya (kisah mereka bisa dibaca dalam buku 30 Paspor di Kelas Sang Profesor).

Dari usaha perikanannya itu, ia jadi mengerti penderitaan yang dialami nelayan. Ia juga belajar seluk-beluk logistik ikan, menjadi pengekspor, sampai terbentuk keinginan memiliki pesawat agar ikan tangkapan nelayan bisa diekspor dalam bentuk hidup, yang nilainya lebih tinggi. Dari ikan, jadilah bisnis carter pesawat, yang di bawahnya ada tempat penyimpanan untuk membawa ikan segar.

Dari Susi, kita bisa belajar bahwa kehidupan tak bisa hanya dibangun dari hal-hal kognitif semata yang hanya bisa didapat dari bangku sekolah. Kita memang membutuhkan matematika dan fisika untuk memecahkan rahasia alam. Kita juga butuh ilmu-ilmu baru yang basisnya adalah kognisi. Akan tetapi, tanpa kemampuan nonkognisi, semua sia-sia.

Ilmu nonkognisi itu belakangan naik kelas, menjadi metakognisi: faktor pembentuk yang paling penting di balik lahirnya ilmuwan-ilmuwan besar, wirausaha kelas dunia, dan praktisi-praktisi andal. Kemampuan bergerak, berinisiatif, self discipline, menahan diri, fokus, respek, berhubungan baik dengan orang lain, tahu membedakan kebenaran dengan pembenaran, mampu membuka dan mencari “pintu” adalah fondasi penting bagi pembaharuan, dan kehidupan yang  produktif.

Manusia itu belajar untuk membuat diri dan bangsanya tangguh, bijak mengatasi masalah, mampu mengambil keputusan, bisa membuat kehidupan lebih produktif dan penuh kedamaian. Kalau cuma bisa membuat keonaran dan adu pandai saja, kita belum tuntas mengurai persepsi, baru sekadar mampu mendengar, tetapi belum bisa menguji kebenaran dengan bijak dan mengembangkannya ke dalam tindakan yang produktif.

Ketiga orang itu mungkin tak sehebat Anda yang senang melihat kecerdasan orang dari pendekatan kognitif yang bermuara pada angka, teori, ijazah, dan stereotyping. Akan tetapi, saya harus mengatakan, studi-studi terbaru menemukan, ketidakmampuan meredam rasa tidak suka atau kecemburuan pada orang lain, kegemaran menyebarkan fitnah dan rasa benar sendiri, hanya akan menghasilkan kesombongan diri.

Anak-anak kita pada akhirnya belajar dari kita, dan apa yang kita ucapkan dalam kesaharian kita juga akan membentuk mereka, dan masa depan mereka.

*disadur dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/03/054500426/Mooryati.Soedibyo.Dian.Sastro.dan.Metakognisi.Susi.Pudjiastuti